Tradisi Polelei Pulau Binongko Wakatobi Merupakan Warisan Turun Temurun Untuk Mempererat Silaturahmi

Khafifa Alqut
0

tradisi polelei ini dilakukan pada hari raya lebaran pada masyarakat binongko wakatobi
ilustrasi tradisi polelei masyarakat Binongko Wakatobi


Pernahkan mendengar istilah Polelei?

Polelei adalah salah satu tradisi turun temurun di pulau Binongko Wakatobi. Tradisi Polelei ini merupakan salah satu tradisi yang unik pula di Binongko.

Sebab, pelaksanaannya hanya diwaktu tertentu. Dilakukan secara bersama-sama dengan tujuan untuk mempererat hubungan silaturahmi. Bagi anak-anak di pulau Binongko menyebut Polelei Inis sebagai acara atau pesta kue.

Bagaimana tata cara pelaksanaan Polelei di pulau Binongko dan kapan waktu pelaksanaan Polelei tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pad bagian berikut:



Mengenal Tradisi Polelei di Pulau Binongko Wakatobi 


Bicara tentang Wakatobi, yang terbesit di benak kita barangkali adalah tentang wisata lautnya, terumbu karangnya, atau pantainya yang indah. Terlepas dari itu, Wakatobi juga kaya akan tradisi dan budayanya. 

Penduduk asli Wakatobi yang bisa dikatakan 100% adalah muslim ini memiliki momentum tersendiri pada penyambutan dan perayaan hari Raya Islam yakni Idul Fitri dan Idul Adha menjadi Istimewa. 

Sebut saja di pulau Binongko. Binongko adalah salah satu bagian gugusan pulau penyusun nama Wakatobi, yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. 

4 nama pulau ini hanyalah sebagian dari nama pulau besar di Wakatobi, selebihnya masih ada beberapa pulau lainnya sekaligus tempat destinasi wisata yang menarik.

Wakatobi memiliki keragaman suku dan budaya, selain pantai yang indah dan tempat terumbu karang yang luar biasa, di sana juga menyimpan banyak sejarah dan budaya serta tradisi tradisi yang masih melekat di wakatobi, contohnya tradisi polelei di pulau binongko.


Baca juga:

Binongko

  1. 'Tembanne' Tradisi Pulau Binongko Wakatobi: Tindik Telinga Bayi Perempuan
  2. Belajar Bahasa Binongko Wakatobi: Nama Benda di Ruang Tamu, Dapur dan lainnya New!
  3. Benteng Palahidu & Kerajaan yg Berkuasa! Mitos atau Fakta? - New!
  4. Tahapan & Proses Pernikahan Adat Binongko Wakatobi
  5. Tradisi Unik Hari Raya Pulau Binongko



Tradisi Polelei di Binongko


Polelei adalah salah satu tradisi turun temurun di Pulau Binongko Wakatobi yang ditujukan untuk mempererat hubungan silaturahmi antara sesama masyarakat pulau Binongko.

Kata Polelei berasal dari bahasa daerah Binongko yakni terdiri dari dua suku kata: "Po" dan "Lelei". Kata "Po" ini merupakan bagian dari kata sambung atau kata bantu. Maknanya berupa ajakan atau mewakili kata "saling". Sesuatu berupa ajakan agar kita mengerjakan sesuatu hal yang dilakukan lebih dari dua orang. Berkaitan dengan kerjasama atau saling kerjasama.


Sedangkan kata "Lelei" merupakan kata istilah. Lelei maknanya mengabarkan atau mengunjungi kepada setiap warga, bisa juga dari rumah kerumah untuk menyampaikan pesan atau tujuan. Kaitan kedua kata ini akan kita pahami maksudnya secara jelas ketika memahami cara pelaksanaan tradisi Polelei yang sebenarnya di pulau Binongko.

Polelei ini artinya secara bersama-sama saling bersilaturahmi saling mengunjungi ke setiap rumah untuk saling bermaafan. Spesialnya pemilik rumah kan menyiapkan kue atau cemilan jamuan untuk menerima para tamu Polelei.



Waktu dan Cara Pelaksanaan Tradisi Polelei di Pulau Binongko Wakatobi


Waktu pelaksanaan tradisi Polelei di Pulau Binongko Wakatobi ini hanya dapat dilakukan dua kali dalam setahun. Yakni setiap perayaan hari Raya Muslim yakni Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Biasanya pelaksanaan Polelei ini dilakukan setelah melaksanakan shalat Idul Fitri atau Idul Adha. Misalnya, sholat hari Raya akan dilaksanakan pada pagi hari, lalu usai melaksanakan sholat akan ada pengumuman langsung dari panitia sholat kapan dan jam pelaksanaan Polelei ini. 

Biasanya pada sore hari untuk menghindari terik matahari pada siang hari. Karena kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang sedikit menguras tenaga seperti berolahraga.

Sebab, cara pelaksanaannya adalah secara bersama-sama berjalan beriringan bagi seluruh warga mulai dari ujung kampung hingga batas yang ditentukan dengan mengunjungi tiap rumah warga, bersalaman, bermaaf-maafan, silaturahmi singkat dan menikmati jamuan cemilan, lalu berpindah ke rumah berikutnya hingga selesai.



Perbedaan Tradisi Polelei Zaman Dahulu dan Zaman Modern di Pulau Binongko 

 

Tradisi Polelei ini merupakan tradisi yang turun temurun sejak jaman para leluhur masyarakat Binongko. Jika dilihat dari tata cara pelaksanaannya terdapat perbedaan antara tradisi Polelei pada zaman dulu dan di era modern saat ini di Pulau Binongko.

Pada zaman dahulu dalam tradisi Polelei pulau Binongko belum dikenal aneka macam kue. Maka jenis kue yang disajikan adalah hanya berupa kue-kue tradisional seperti Kue Karasi, Kue Cucur, Onde-Onde, dan lainnya.

Sementara tradisi Polelei di era modern ini di pulau Binongko biasanya menyajikan berbagai macam kue modern, aneka kue kering, Snack, permen, kue kaleng, kacang-kacangan dan berbagai bentuk kue lainnya. Sedangkan kue tradisional tidak disediakan lagi.

Pada zaman dulu, dalam Tradisi Polelei ini selain disediakan beberapa kue tradisional juga disediakan jenis makanan berat seperti nasi, daging kambing, ayam, buah-buahan seperti pisang dan lainnya.  Sementara tradisi Polelei dijaman sekarang di pulau Binongko tidak ada lagi makanan berat, hanya berupa kue-kue, camilan, Snack dan berbagai makanan ringan lainnya.

Ada beberapa alasan yang menjadi perbedaan utama antara Tradisi Polelei Zaman Dahulu dan era saat ini di pulau Binongko.

Salah satunya karena jumlah penduduk. Pada jaman dahulu jumlah penduduk di pulau Binongko masih sedikit, jadi waktu untuk mengunjungi setiap rumah bisa berlangsung singkat. Sehingga, mereka bisa memiliki banyak waktu untuk menyantap hidangan jika pemilik rumah menyediakan makanan berat dirumah mereka. 

Sedangkan, diera saat ini jumlah penduduk sudah cukup banyak jadi jika harus menyediakan makanan berat untuk para tamu artinya harus menggunakan budget cukup besar sama dengan acara hajatan dan pesta besar. Selain itu, rumah penduduk juga cukup padat sehingga waktu mengunjungi setiap rumah untuk silaturahmi sangat singkat karena harus mengunjungi rumah lainnya sampai selesai dengan waktu yang lumayan lama jika mengikuti proses ini hingga akhir.



Tradisi Polelei sebagai Warisan Turun-temurun yang bertujuan untuk mempererat hubungan silaturahmi 

Tradisi Polelei di pulau Binongko Wakatobi yang masih dilestarikan hingga saat ini di era modern sebagai warisan turun-temurun dari nenek moyang yang bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi
Gambar hanya ilustrasi makan bersama. Bukan untuk menjelaskan pengertian apapun. Gambar by Peggy_marco


Perlu diketahui bahwa tradisi Polelei merupakan warisan budaya yang sudah turun temurun dari generasi terdahulu. Nenek moyang kami sudah mengela tradisi Polelei ini sejak mereka mulai mengenal ajaran agama Islam. 

Pada saat itu, tujuannya adalah bersilaturahmi dan bermaaf-maafan. Akan tetapi pada zaman dahulu di pulau Binongko kondisi rumah masih berjauhan.  Jadi, pada saat mereka usai melaksanakan sholat idul adha ataupun Idul Fitri maka timbullah niat untuk saling bersilaturahmi dan bermaaf-maafan, karena masing-masing rumah berjauhan akhirnya mereka membuat kesepakatan untuk jalan bersama-sama dengan mengunjungi masing-masing rumah secara bergantian agar adil.

Pertama, mereka akan berkumpul pada satu tempat yang sudah ditentukan. Kemudian mereka akan mengunjungi masing-masing rumah secara bersama-sama. Mengingat kondisi rumah yang berjauhan ini sehingga mereka juga merasa kelelahan dan kelaparan. Pemilik rumah akhirnya menyediakan jamuan kepada tamu untuk dapat dicicipi. 

Bahkan, pada zaman dahulu bukan hanya jamuan makanan ringan tetapi pemilik rumah juga bisa menyajikan makanan Berta lainnya seperti daging dan nasi. Berbeda dengan tradisi Polelei saat ini yang hanya menyajikan cemilan dan makanan ringan serta minumannya.

Bermula dari kebiasaan tersebut akhirnya menjadi tradisi turun temurun yang disebut dengan tradisi Polelei bagi masyarakat pulau Binongko di Wakatobi.


Makna Tradisi Polelei untuk Mempererat Tali Silaturahmi 

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa secara garis besar makna polelei adalah dari kata “po” artinya: (melakukan/termasuk kata bantu/kegiatan) secara bersama, dan “lelei” artinya: 

mengabarkan/mengunjungi kepada semuanya secara satu per satu.

 Kesimpulannya bahwa “polelei” artinya secara bersama-sama (bersilaturahmi) mengunjungi dari rumah ke rumah. Makna lain yang dimaksud dalam acara polelei ini adalah nilai tradisi yang bermakna kebersamaan dan gotong royong.

Hukum dasar tradisi polelei ini tidak bisa dilakukan sendiri atau masing-masing melainkan harus secara bersama-sama. Biasanya, untuk pelaksanaannya akan diumumkan waktu dan tempat berkumpul setelah usai melaksanakan sholat Idul Fitri dan Idul Adha. 

Yakni masyarakat akan secara bersama-sama berjalan mengunjungi tiap rumah satu per satu sekaligus bermaaf-maafan dengan pemilik rumah yang dikunjungi. Kegiatan bersama inilah yang sekaligus melambangkan nilai tradisi masyarakat Binongko yakni sifat kegotong royongan. 


Untuk melihat contoh gotong royong yang dilakukan masyarakat Binongko ini, masih sering kita jumpai pada setiap acara/pesta pernikahan, kematian, syukuran, dll. Setiap warga masyarakat akan datang dengan sukarela mengulurkan tangan saling bahu membahu membantu tiap warga yang sedang melakukan kegiatan dirumahnya.

 

Makna lain dari tradisi polelei ini adalah perayaan hari kemenangan, hari kebahagiaan bagi umat muslim. Berkaitan dengan nilai kebersamaan tadi, maka makna kemenangan ini harus dinikmati dan dirasakan secara bersama-sama, bersuka cita bersama. 

Artinya bahwa tidak semua manusia bergelimang harta, tidak semua orang mampu membeli dan menikmati sajian makanan yang enak sekalipun pada hari kemenangan dan hari penuh kebahagiaan yakni Hari Raya Umat Islam. 

Oleh sebab itu, makna polelei ini melambangkan arti suka cita bersama. Semua orang, semua warga menyajikan jamuan untuk para tamu diruang tamu mereka, dan semua warga boleh untuk datang secara bersama-sama menikmatinya di acara polelei tersebut sekaligus bersilaturahmi dan bermaaf-maafan. 

Besar ataupun kecilnya, kebahagiaan kecil telah tercipta dengan acara polelei. Tidak ada derajat dan status kedudukan. Baik orang kaya maupun orang miskin, semua berjalan bersama-sama, bersilaturahmi bersama, menikmati bersama, merayakan bersama. Itulah arti polelei dan makna yang sesungguhnya.



Tujuan Tradisi Polelei

Tujuan dari tradisi Polelei ini bukanlah sekedar tradisi menyambut kemenangan dan kebahagian di hari besar bagi umat Islam pada masyarakat Binongko. 

Tradisi Polelei ini memilki tujuan untuk mempererat tali persaudaraan, rasa kebersamaan, rasa empati dan kepedulian kepada sesama. 

Hal ini dapat terlihat dalam pelaksanaan tradisi polelei ini, yakni setiap orang secara bersama-sama baik pejabat, orang kaya, kalangan atas atau menengah dan kebawah, semua berjalan bersama beriringan, tanpa mobil mewah, tanpa kendaraan mewah dan semua dilakukan dengan berjalan kaki menuju satu rumah ke rumah yang lainnya dan sama-sama menikmati jamuan baik mewah maupun sederhana semua dinikmati bersama-sama.

Tujuan dari Polelei juga sekaligus untuk mempererat hubungan silaturahmi antara warga dan masyarakat pulau Binongko. Maka dari kegiatan Polelei ini paling diutamakan adalah kegiatan maaf-maafan dengan sesama warga. 

Dengan saling bersama-sama mengunjungi tiap rumah saling bermaafan tidak memandang derajat, harta, atau kekuasaan apapun. Mereka saling tersenyum sapa, bersalaman sambil mencicip sedikit hidangan sebagai tanda penghormatan kepada tamu.


Posting Komentar

0Komentar

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*