'Tembanne' Tradisi Pulau Binongko Wakatobi: Tindik Telinga Bayi Perempuan

Khafifa Alqut
0


Tradisi Binongko seperti 'Tembanne' ini memang amat jarang dibicarakan atau populer di masyarakat Binongko, tapi faktanya tradisi Tembanne Tindik Telinga ini justru sering dilakukan utamanya terhadap bayi balita atau anak perempuan pada masyarakat Binongko.


Jadi dalam tradisi orang Binongko, bayi perempuan atau anak perempuan yang akan menindik telinga atau memasang anting-anting pertama kali tidak boleh dilakukan begitu saja, melainkan ada syarat atau ritual khusus dalam tradisi Binongko yang disebut 'Tembanne'.


Anak Binongko milenial mungkin tidak mengenal tradisi Binongko yakni Tembanne ini. Ini adalah Tradisi Binongko untuk Bayi Perempuan yang Hendak 'Tindik Telinga' Pasang Anting Pertama Kali.   Tradisi Binongko seperti 'Tembanne' ini memang amat jarang dibicarakan atau populer di masyarakat Binongko, tapi faktanya tradisi Tembanne Tindik Telinga ini justru sering dilakukan utamanya terhadap bayi balita atau anak perempuan pada masyarakat Binongko




Anak perempuan yang lahir kemudian dewasa, biasanya memiliki tindik telinga. Karena sejatinya, salah satu perhiasan yang umum digunakan wanita adalah anting. Jadi, sudah sewajarnya perempuan memiliki tindik telinga. 

Nah, dalam melakukan tindik telinga ini untuk pertama kali di Binongko tidak dilakukan begitu saja. Biasanya dilakukan pada saat anak masih usia balita atau anak-anak, atau disaat kondisi daun telinga si anak masih lunak. Cara melakukannya pun yakni dengan Tembanne. 

Tidak sembarang orang dapat melakukan Tembanne. Melainkan orang tertentu yang sudah dipercayakan oleh masyarakat setempat. Adapula beberapa syarat khusus yang harus di penuhi untuk melakukan Tembanne Tindik Telinga ini.



Diketahui bahwa tradisi Tembanne Tindik Telinga di Masyarakat Binongko sudah dikenal dari zaman leluhur, jadi tradisi ini merupakan kebiasaan yang sudah turun-temurun.



Makna 'Tembanne' Dalam Tradisi Tindik Telinga Orang Binongko


Bagi para tetua orang Binongko, tindik telinga dengan adat Tembanne ini memiliki makna dan arti mendalam yang tersirat. Meskipun Tembanne tindik telinga ini pelaksaanaanya tidak sama dengan tradisi lainnya yang dilakukan dengan perayaan. Justu tradisi Tembanne tindik telinga dalam masyarakat Binongko ini dilakukan secara sederhana. 

Hal yang paling diperhatikan dalam Tembanne Tindik Telinga ini adalah kelengkapan syaratnya yang harus dipenuhi. Karena memiliki simbol dan makna khusus terhadap anak atau bayi yang akan melakukan tindik telinga pertama kalinya.


Makna 'Tembanne' Dalam Tradisi Tindik Telinga Orang Binongko


Tembanne berasal dari kata Temba artinya tembak dan Tembanne artinya menembak. Arti ini memiliki hubungan dengan pelaksanaan Tembanne tindik telinga orang Binongko.

Dalam pelaksanaannya, beberapa syarat yang harus dipenuhi adalah dua buah kelapa bertunas dan korek api kayu. Syarat lainnya bisa disimak dalam ulasan saya tentang syarat Tembanne adat Binongko.

Setelah melakukan prosesi tindik telinga ini selesai, maka disinilah fungsi korek api kayu digunakan dan hubungannya dengan kata Tembanne tersebut. Jadi, sebatang korek api akan dinyalakan disamping telinga sang bayi atau anak yang telah melakukan tindik telinga. 

Proses ini dikatakan menembak yang berarti sebuah simbol sang anak telah ditindik telinganya. Maknanya adalah sebuah harapan dan semangat yang berkobar dari sang bayi atau anak tersebut.

Syarat penting lainnya yang harus di penuhi adalah dua buah kelapa yang bertunas. Ini berkaitan dengan makna tumbuh, kesehatan, subur, berguna, dan harapan-harapan yang baik dari sang bayi setelah ditindik telinganya. Ini juga berkaitan dengan prosesi pelaksanaan Tembanne dimana harus dilakukan diatas Tumbua.

Tumbua adalah alat penumbuk, alat tradisional binongko sebagai alat tumbuk yang ukurannya besar. Benda ini juga terbuat dari kayu.

Kaitannya antara Dua buah kelapa bertunas dan Tumbua adalah diharapkan sang anak akan tumbuh dengan baik, sehat dan berbudi baik. 

Tumbu'a arti katanya berasal dari kata Tumbu artinya tumbuk, namun dalam bahasa Binongko Tumbu memiliki dua makna yakni Tumbuk dan tumbuh. 

Makna tumbuh inilah yang menjadi filosofi kenapa Tradisi Tembanne Tindik telinga Orang Binongko harus dilakukan diatas Tumbua.


Syarat 'Tembanne Tindik Telinga' Tradisi Orang Binongko





Syarat 'Tembanne Tindik Telinga' Tradisi Orang Binongko



Tindik telinga bagi bayi atau anak perempuan untuk pertama kali merupakan momen sakral. Jadi tidak boleh dilakukan secara sembarangan melainkan memiliki ritual khusus seperti 'Tembanne' ini.

Untuk itu, hanya orang tertentu yang dipercayakan yang dapat melakukan ini, termasuk untuk melakukan Tembanne bagi bayi atau anak perempuan ini memiliki syarat khusu yang harus dipenuhi.

___________
Syarat dalam melakukan adat Tembanne Tindik Telinga, Tradisi orang Binongko yakni sebagai berikut:

  • Dua buah kelapa yang sudah bertunas;
  • Kunyit, (kunyit bubuk bila perlu);
  • Sedikit minyak goreng atau minyak kelapa;
  • Benang dan jarum;
  • Korek api kayu.
  • Biasanya adapula syarat pelengkap lainnya seperti beras pulen merah dan beras pulen hitam. Namun hal ini kadang tergantung pada kemampuan pribadi sanggup atau tidaknya.
_____________

Setelah semua syarat diatas terpenuhi maka lanjut pada pelaksanaanya. Untuk diketahui bahwa syarat diatas adalah berlaku dalam hitungan untuk satu anak perempuan saja. Pada pelaksanaannya, dibutuhan sebuah alat yang disebut TUMBU'A.

**Tumbu'a adalah alat penumbuk tradisional Binongko yang terbuat dari kayu dan berukuran besar.

Prosesi 'Tembanne' akan dilakukan diatas Tumbua ini. Seorang anak atau bayi perempuan untuk ditindik telinganya akan di dudukan diatas Tumbu'a dan barulah Tembanne Tindik Telinga dilakukan.


Posting Komentar

0Komentar

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*